Kamis, 23 April 2009

Ribetnya Golkar dan Kegenitan PKS

Partai Golkar tidak mampu memenangkan pemilu legislatif. Perolehan suaranya bahkan hanya sekitar setengah dari yang ditargetkan sang ketua umum sebesar 30% suara. Imbasnya, ke-pede-annya untuk mengusung kadernya menjadi capres menjadi ciut. Apalagi, sang ketum, yang tak mau digeser dari bursa calon resmi partai Golkar punya elektabilitas yang sangat rendah.
Sementara itu, Partai Demokrat begitu ingin tetap membangun koalisi dengan Golkar, dengan menggandeng kader Golkar menjadi cawapres. Syaratnya, kader itu disokong secara penuh oleh kekuatan Golkar. Sementara di Golkar sendiri, banyak kubu yang ingin maju jadi cawapres SBY. SBY sendiri sepertinya ragu untuk kembali berpasangan dengan JK karena khawatir komplikasi politik. JK sudah tidak se-powefull lima tahun lalu ketika baru terpilih jadi ketum.
Di samping itu, kondisi ini menguntungkan PKS yang dari awal menargetkan posisi wapres dengan menyorongkan kadernya HNW. Dari awal PKS membuat kontrak politik dengan PD. Belakangan PKS mengancam keluar dari blok koalisi dengan PD bila Golkar masuk koalisi. Karena alasan yang politis sekali. Sebab, kecil peluang PKS untuk mendapatkan jatah wapres bila Golkar ada dalam koalisi. Dengan keputusan Golkar yang menceraikan PD, PKS menyambut gembira, HNW mendoakan pencapresan JK oleh Golkar, sang Capres Belehan.